.

.
.

Selamat Datang

Assalamualaikum Wr.Wb.
Selamat datang di blog kami. Blog ini merupakan sarana komunikasi yang kami anggap paling tepat bagi siapapun yang berkenan mengunjungi blog ini. Kami berharap keluarga besar SDN Kemantren 1 Tulangan Sidoarjo masih tetap dapat menjalin tali silaturrohim dengan para alumninya guna memajukan almamater tercintanya. Blog ini berisi tentang hal-hal yang berhubungan dengan informasi terkini di sekolah kami. Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harap kan demi kemajuan sekolah ini.
Wassalam.

Kamis, 12 Oktober 2017

JANGAN GALAU MENGGANTANG GAWAI DI SD



Oleh : SUNDARI, S.Pd.

Guru SDN Kemantren 1, Tulangan Sidoarjo


Ternyata penggunaan HP (handphone) untuk siswa Sekolah Dasar (SD) bisa menjadi sarana pembelajaran yang sangat efektif. Bahkan gawai (gadget) ini menjadi salah satu media pendidikan karakter. Karena itu, pelarangan penggunaannya di sekolah tidaklah tepat. Demikian pengalaman berharga yang telah penulis dapatkan dari pembelajaran yang menggunakan HP untuk evaluasi di SD.


Antusiasme siswa saat pelaksanaan ulangan harian menggunakan HP



Bertolak dari sukses ujian nasional berbasis komputer (UBK) yang dilaksanakan oleh Pemerintah, semua sekolah (SMTA dan SMTP) diminta melaksanakanya. Terbukti UBK mampu meningkatkan integritas para peserta ujian nasional. Sukses UBK ini diikuti Dinas Pendidikan Kabupaten Sidoarjo dengan menciptakan aplikasi ujian online (ULO) yang dilaksanakan di beberapa SD pilihan. Namun demikian, aplikasi ULO ini ternyata tidak online dan sangat ribet bagi pelaksana di lapangan, khususnya para guru dan siswa.
Berkaca dari hal tersebut, diperlukan aplikasi yang tepat untuk melakukan evaluasi yang mengadopsi semangat UBK bahkan lebih efektif. Di sisi lain, koreksi penerapan UBK di lapangan bahwa banyak sekolah yang merasa keberatan karena membutuhkan dana yang sangat besar, khususnya untuk penyediaan sarana dan prasarananya.
Pilihan penulis adalah menggunakan handhone android. Di samping lebih murah dan praktis, sekolah tidak perlu membelikan sarana dan prasarananya. Gawai ini sudah banyak dimiliki oleh anak SD sebagai teman bermain. Bahkan banyak di antara mereka sudah mahir mengoperasikannya.

Menjadi Finalis dan Peringkat 10 Besar
Lomba Inobel 2017 di Bali

Untuk selanjutnya, diperlukan software komputer untuk membuat soal daring sejenis UBK. Aplikasi ini harus mampu mengacak soal dan pilihan jawabannya, sekaligus mengolah dan menganalisis nilai secara otomatis. Di samping gratis, aplikasi tersebut harus praktis dan mudah pengoperasiannya untuk para guru SD.
Dengan berbagai pencarian dan perjuangan belajar, akhirnya penulis berhasil membuat aplikasi evaluasi daring berbasis android untuk ulangan harian yang menggunakan HP. Hingga kini 14 aplikasi android sudah penulis buat dan gunakan untuk ulangan harian dan tryout. Beberapa aplikasi evaluasi daring tersebut meliputi:
(1)   Ulangan Harian Benua Amerika” (2016)
(2)    “Ulangan Harian  Benua Asia” (2016)
(3)   Ulangan Harian  Benua Australia” (2016)
(4)   Ulangan Harian  Konduktor dan Isolator” (2016)
(5)   Ulangan Harian  ‘Pelapukan’ ” (2016)
(6)   Soal Try Out Bahasa Indonesia” (2016)
(7)    “Soal Try Out PKN” (2016)
(8)   Ulangan Harian  Pelestarian Hewan &Tumbuhan ” (2016)
(9)    Ulangan Harian Tata Surya’” (2017)
(10)   Ulangan Harian  Listrik” (2017)
(11)   Ulangan Harian  Asean” (2017)
(12)   Soal Try Out Agama Islam” (2017)
(13)   “Ulangan Harian Tema 1” – kelas 5 (2017)

(14)   “Ulangan Harian Tema 3” – kelas 5 (2017)
Pengalaman berharga lainnya saat menggunakan HP untuk evaluasi daring yaitu terjadi peningkatan integritas siswa, yaitu kemandirian dan kejujuran siswa dalam mengerjakan soal ulangan harian. Di samping itu, prestasi siswa  juga semakin meningkat. Saat nilai ulangan harian daring ditayangkan pada layar melalui LCD projector, terjadilah kompetisi para siswa untuk saling mengungguli. Mereka tidak puas hanya sekedar nilai sebatas KKM. Antusiasme mereka membara dan ingin meraih nilai yang terbaik.


Jangan ada lagi, Galau Gawai di SD
Memang, kita tidak bisa memungkiri realitas ini. Bagi mereka yang sangat peduli Pendidikan akan galau, saat melihat anak-anak SD/MI yang menggunakan HP. Dikhawatirkan HP menyebabkan mereka lengah terhadap pelajaran dan selalui ingin bermain menggunakan HP. Bagi anak kecil, memang gawai ini merupakan alat permainan. Banyak sekali aplikasi permainan dapat diunduh melalui Playstore dengan gratis. Di samping itu, motivasi utama kebanyakan orang tua, (khususnya yang sangat sibuk) membelikan HP untuk anak adalah sebagai teman bermain.
Kegalauan berikutnya adalah anak-anak SD/MI akan membuka situs-situs porno. Memang situs-situs dewasa tersebut bisa diakses dengan mudah baik berupa gambar maupun videonya. Dikhawatirkan bila mereka sudah tahu dan kecanduan akan mengakibatkan pelecehan seksual.
Kegalauan lainnya, para siswa akan semakin jatuh prestasinya karena dapat dengan mudah melakukan kecurangan dalam belajar, khususnya saat mengerjakan ujian. Hal ini karena HP memiliki fasilitas untuk melacak informasi (browsing) jawaban di internet dan merekam gambar / foto catatan pelajaran dengan mudah.
Beberapa laporan tentang kejadian ini telah menjurus pada pelarangan penggunaan HP di sekolah. Beberapa kepala daerah dan tokoh agama juga memberikan peringatan tentang larangan penggunaan HP di sekolah. Bahkan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana S. Yembise bertekad akan mengeluarkan Permen tentang Pelarangan Penggunaan HP di sekolah.
Pada dasarnya HP dapat dianalogikan dengan pistol. Bagi polisi, pistol digunakan untuk menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat. Namun, bagi penjahat, pistol merupakan senjata yang efektif untuk bertindak kejahatan. Dengan demikian, fungsi alat sangat tergantung dari pribadi yang menggunakannya. Pribadi yang baik akan menggunakannya untuk kebaikan dan pribadi yang jahat akan menggunakannya untuk kejahatan. Karena itu, agar HP bisa digunakan untuk hal-hal yang baik, tugas para guru memberikan pemahaman literasi teknologi informasi. Dalam hal ini yang dijelaskan bukan hanya mahir mengoperasikan HP, melainkan juga bijaksana memanfaatkannya.

Saat ini penggunaan teknologi informasi dalam pendidikan merupakan keniscayaan. Paparan informasi dan perkembangan teknologi tidak bisa dihindari. Bahkan konten-konten pendidikan dan pembelajaran telah dikemas dalam media teknologi informasi, misalnya : website, aplikasi, dan buku-buku digital. Berbagai gawai pun diciptakan dan bisa digunakan untuk mengakses teknologi informasi ini.
Siswa sedang memotret di halaman sekolah

Di sisi lain, bila dikaitkan dengan konsep Pembelajaran Abad 21, ada empat kompetensi yang harus dimiliki oleh para siswa, yaitu: (1) Way of thinking, yaitu cara berpikir untuk menghadapi abad 21, di antaranya: kreatif, berpikir kritis, pemecahan masalah, pengambilan keputusan, dan pembelajar; (2) Ways of working, yaitu kemampuan harus bekerja dalam dunia global dan dunia digital melalui komunikasi dan kolaborasi; (3) Tools for working, yaitu menguasai alat untuk bekerja dengan ICT and literasi informasi; (4) Skills for living in the world, yaitu kemampuan untuk menjalani kehidupan di abad 21, mampu hidup sebagai warga negara, memiliki karir, dan tanggung jawab pribadi dan sosial.


Para Guru Studi Banding Sangat Antusias Melihat Para Siswa Presentasi

Kompetensi kedua dan ketiga di atas merujuk dengan jelas bahwa siswa jangan dijauhkan dari teknologi informasi. Menyingkirkan teknologi informasi dari para siswa berarti akan semakin melelemahkan kualitas sumberdaya manusia di masa depan. Untuk itu, sangatlah tidak bijaksana bila ada kebijakan pemerintah yang melarang penggunaan HP di sekolah, termasuk juga di SD.



Penggunaan Tepat HP di SD
Pada pembelajaran tematik Kurikulum 2013, siswa banyak diajak untuk belajar membuat peta pikiran. Pembuatan  peta pikiran akan lebih menarik jika siswa diajak untuk membuat peta pikiran (Peta konsep) menggunakan program inspiration. Dalam program ini siswa mendapat kesempatan untuk menuangkan ide-ide kreatifnya melalui tulisan maupun gambar-gambar yang sesuai dengan materi pelajaran. Untuk mendapatkan gambar mereka dapat dengan mudah menggunakan gawai untuk memotret objek yang mereka butuhkan di lingkungan sekolah, atau mengambil gambar yang sudah tersedia di internet. Berikutnya mereka akan memasukkan foto atau gambar dari gawai tersebut ke dalam program. inspiration. Akhirnya, mereka lebih mudah belajar kelompok untuk membuat peta konsep lengkap dengan gambar dan warna yang sesuai.
Gawai juga sangat dibutuhkan siswa saat belajar matematika khususnya materi pelajaran menghitung debit air. Pembelajaran menghitung debit air ini akan lebih bermakna bagi siswa manakala mereka diajak secara langsung menghitung debit air yang mengalir pada kran tempat cuci tangan yang sudah tersedia di depan kelas.

Kini penggunaan HP di sekolah tidak hanya untuk ulangan harian tetapi makin penulis kembangkan untuk kegiatan pembelajaran khususnya pada saat kegiatan inti pembelajaran. Siswa menggunakan HP untuk :
1. Membaca materi pelajaran melalui Buku Sekolah Elektronik (BSE).
2. Mencari informasi lebih mendalam tentang materi pelajaran melalui internet
3. Memotret media pembelajaran yang mereka butuhkan dilingkungan
                  sekolah sebagai bahan untuk membuat peta pikiran menggunakan 
                  program inspiration
4. Mengitung waktu pada saat mempelajari debit air.

Budaya “Gawai untuk Pendidikan”
Pada dasarnya HP merupakan benda mati. Fungsi penggunaannya tergantung siapa yang memilikinya. Agar HP dapat digunakan dengan tepat perlu disosialisasikan dan dibudayakan “Gawai untuk Pendidikan” (Gadget for Education”). Artinya, HP (maupun laptop) yang digunakan hanya untuk pemakaian pendidikan, misalnya: berisi buku-buku paket digital, soal-soal ulangan harian daring, dan aplikasi-aplikasi pembelajaran lainnya. Konsekuensinya tidak boleh ada game-game maupun konten-konten negatif. Kalaupun ditemukan maka para siswa sendiri harus menghapusnya. Di sini para guru dengan penuh perhatian dan kasih sayang secara periodik harus memeriksanya.


HP Siswa Dikumpulkan dan Dimasukkan Almari

Agar HP tidak dipakai untuk mainan, pengalaman penulis sangat efektif. Para siswa hanya diminta membawa HP ke sekolah saat dibutuhkan untuk ulangan harian daring dan membuka buku paket digital. Sebelumnya, harus diadakan kontrak belajar bahwa bila HP tidak digunakan maka harus dimasukkan almari kelas dan dikunci. Hanya saat dipakai, HP tersebut dibagikan.
Cara penggunaan ini terbukti efektif dan para siswa mematuhi kesepakatan bersama tersebut. Orang tua pun sangat mendukung karena HP yang mereka belikan bermanfaat untuk pembelajaran. Bahkan kesepakatan paguyuban kelas siap membantu menyiapkan paket internet untuk tujuan tersebut. Dengan demikian, telah terjadi kerjasama yang baik semua pihak untuk menggunakan HP di sekolah sebagai sarana pembelajaran efektif dan literasi teknologi informasi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar