Oleh : SUNDARI, S.Pd.
Guru SDN Kemantren 1, Tulangan
Sidoarjo
Ternyata penggunaan HP (handphone) untuk siswa Sekolah Dasar
(SD) bisa menjadi sarana pembelajaran yang sangat efektif. Bahkan gawai (gadget)
ini menjadi salah satu media pendidikan karakter. Karena itu, pelarangan
penggunaannya di sekolah tidaklah tepat. Demikian pengalaman berharga yang
telah penulis dapatkan dari pembelajaran yang menggunakan HP untuk evaluasi di SD.
Bertolak dari sukses ujian nasional berbasis komputer (UBK) yang dilaksanakan oleh Pemerintah, semua sekolah (SMTA dan SMTP) diminta melaksanakanya. Terbukti UBK mampu meningkatkan integritas para peserta ujian nasional. Sukses UBK ini diikuti Dinas Pendidikan Kabupaten Sidoarjo dengan menciptakan aplikasi ujian online (ULO) yang dilaksanakan di beberapa SD pilihan. Namun demikian, aplikasi ULO ini ternyata tidak online dan sangat ribet bagi pelaksana di lapangan, khususnya para guru dan siswa.
Antusiasme siswa saat pelaksanaan ulangan harian menggunakan HP
Bertolak dari sukses ujian nasional berbasis komputer (UBK) yang dilaksanakan oleh Pemerintah, semua sekolah (SMTA dan SMTP) diminta melaksanakanya. Terbukti UBK mampu meningkatkan integritas para peserta ujian nasional. Sukses UBK ini diikuti Dinas Pendidikan Kabupaten Sidoarjo dengan menciptakan aplikasi ujian online (ULO) yang dilaksanakan di beberapa SD pilihan. Namun demikian, aplikasi ULO ini ternyata tidak online dan sangat ribet bagi pelaksana di lapangan, khususnya para guru dan siswa.
Berkaca dari hal tersebut, diperlukan aplikasi yang tepat untuk
melakukan evaluasi yang mengadopsi semangat UBK bahkan lebih efektif. Di sisi
lain, koreksi penerapan UBK di lapangan bahwa banyak sekolah yang merasa keberatan
karena membutuhkan dana yang sangat besar, khususnya untuk penyediaan sarana
dan prasarananya.
Pilihan penulis adalah menggunakan handhone android. Di
samping lebih murah dan praktis, sekolah tidak perlu membelikan sarana dan
prasarananya. Gawai ini sudah banyak dimiliki oleh anak SD sebagai teman
bermain. Bahkan banyak di antara mereka sudah mahir mengoperasikannya.
Menjadi Finalis dan Peringkat 10 Besar
Lomba Inobel 2017 di Bali
Untuk selanjutnya, diperlukan software komputer untuk
membuat soal daring sejenis UBK. Aplikasi ini harus mampu mengacak soal dan
pilihan jawabannya, sekaligus mengolah dan menganalisis nilai secara otomatis.
Di samping gratis, aplikasi tersebut harus praktis dan mudah pengoperasiannya
untuk para guru SD.
Dengan berbagai pencarian dan perjuangan belajar, akhirnya penulis
berhasil membuat aplikasi evaluasi daring berbasis android untuk ulangan harian
yang menggunakan HP. Hingga kini 14 aplikasi android sudah penulis buat dan gunakan untuk
ulangan harian dan tryout. Beberapa aplikasi evaluasi daring tersebut meliputi:
(1)
“Ulangan Harian Benua Amerika” (2016)
(2)
“Ulangan Harian Benua Asia” (2016)
(3)
“Ulangan Harian
Benua Australia” (2016)
(4)
“Ulangan Harian
Konduktor dan Isolator” (2016)
(5)
“Ulangan Harian
‘Pelapukan’ ” (2016)
(6)
“Soal Try Out Bahasa Indonesia” (2016)
(7)
“Soal Try Out PKN” (2016)
(8)
“Ulangan Harian
Pelestarian Hewan &Tumbuhan ” (2016)
(9)
“Ulangan Harian ‘Tata Surya’” (2017)
(10) “Ulangan Harian
Listrik” (2017)
(11) “Ulangan Harian
Asean” (2017)
(12) “Soal Try Out Agama Islam” (2017)
(13) “Ulangan Harian Tema 1” – kelas 5 (2017)
(14) “Ulangan
Harian Tema 3” – kelas 5 (2017)
Pengalaman berharga lainnya saat menggunakan HP untuk evaluasi
daring yaitu terjadi peningkatan integritas siswa, yaitu kemandirian dan
kejujuran siswa dalam mengerjakan soal ulangan harian. Di samping itu, prestasi
siswa juga semakin meningkat. Saat nilai
ulangan harian daring ditayangkan pada layar melalui LCD projector, terjadilah
kompetisi para siswa untuk saling mengungguli. Mereka tidak puas hanya sekedar
nilai sebatas KKM. Antusiasme mereka membara dan ingin meraih nilai yang
terbaik.
Jangan ada
lagi, Galau Gawai di SD
Memang, kita tidak bisa memungkiri
realitas ini. Bagi mereka yang sangat peduli Pendidikan akan galau, saat melihat
anak-anak SD/MI yang menggunakan HP. Dikhawatirkan HP menyebabkan mereka lengah
terhadap pelajaran dan selalui ingin bermain menggunakan HP. Bagi anak kecil, memang
gawai ini merupakan alat permainan. Banyak sekali aplikasi permainan dapat
diunduh melalui Playstore dengan gratis. Di samping itu, motivasi utama kebanyakan
orang tua, (khususnya yang sangat sibuk) membelikan HP untuk anak adalah
sebagai teman bermain.Kegalauan berikutnya adalah anak-anak SD/MI akan membuka situs-situs porno. Memang situs-situs dewasa tersebut bisa diakses dengan mudah baik berupa gambar maupun videonya. Dikhawatirkan bila mereka sudah tahu dan kecanduan akan mengakibatkan pelecehan seksual.
Kegalauan lainnya, para siswa akan semakin jatuh prestasinya karena dapat dengan mudah melakukan kecurangan dalam belajar, khususnya saat mengerjakan ujian. Hal ini karena HP memiliki fasilitas untuk melacak informasi (browsing) jawaban di internet dan merekam gambar / foto catatan pelajaran dengan mudah.
Beberapa laporan tentang kejadian ini telah menjurus pada pelarangan penggunaan HP di sekolah. Beberapa kepala daerah dan tokoh agama juga memberikan peringatan tentang larangan penggunaan HP di sekolah. Bahkan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana S. Yembise bertekad akan mengeluarkan Permen tentang Pelarangan Penggunaan HP di sekolah.
Pada dasarnya HP dapat dianalogikan dengan pistol. Bagi polisi, pistol digunakan untuk menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat. Namun, bagi penjahat, pistol merupakan senjata yang efektif untuk bertindak kejahatan. Dengan demikian, fungsi alat sangat tergantung dari pribadi yang menggunakannya. Pribadi yang baik akan menggunakannya untuk kebaikan dan pribadi yang jahat akan menggunakannya untuk kejahatan. Karena itu, agar HP bisa digunakan untuk hal-hal yang baik, tugas para guru memberikan pemahaman literasi teknologi informasi. Dalam hal ini yang dijelaskan bukan hanya mahir mengoperasikan HP, melainkan juga bijaksana memanfaatkannya.
Saat ini penggunaan teknologi informasi dalam pendidikan merupakan keniscayaan. Paparan informasi dan perkembangan teknologi tidak bisa dihindari. Bahkan konten-konten pendidikan dan pembelajaran telah dikemas dalam media teknologi informasi, misalnya : website, aplikasi, dan buku-buku digital. Berbagai gawai pun diciptakan dan bisa digunakan untuk mengakses teknologi informasi ini.
Siswa sedang memotret di halaman sekolah
Para Guru Studi Banding Sangat Antusias Melihat Para Siswa Presentasi
Pada pembelajaran tematik Kurikulum 2013, siswa banyak diajak untuk belajar membuat peta pikiran. Pembuatan peta pikiran akan lebih menarik jika siswa diajak untuk membuat peta pikiran (Peta konsep) menggunakan program inspiration. Dalam program ini siswa mendapat kesempatan untuk menuangkan ide-ide kreatifnya melalui tulisan maupun gambar-gambar yang sesuai dengan materi pelajaran. Untuk mendapatkan gambar mereka dapat dengan mudah menggunakan gawai untuk memotret objek yang mereka butuhkan di lingkungan sekolah, atau mengambil gambar yang sudah tersedia di internet. Berikutnya mereka akan memasukkan foto atau gambar dari gawai tersebut ke dalam program. inspiration. Akhirnya, mereka lebih mudah belajar kelompok untuk membuat peta konsep lengkap dengan gambar dan warna yang sesuai.
Gawai juga sangat dibutuhkan siswa saat belajar
matematika khususnya materi pelajaran menghitung debit air. Pembelajaran
menghitung debit air ini akan lebih bermakna bagi siswa manakala mereka diajak
secara langsung menghitung debit air yang mengalir pada kran tempat cuci tangan
yang sudah tersedia di depan kelas.
Kini penggunaan HP di sekolah
tidak hanya untuk ulangan harian tetapi makin penulis kembangkan untuk kegiatan
pembelajaran khususnya pada saat kegiatan inti pembelajaran. Siswa menggunakan
HP untuk :
1. Membaca materi pelajaran melalui Buku
Sekolah Elektronik (BSE).
2. Mencari informasi lebih mendalam tentang
materi pelajaran melalui internet
3. Memotret media pembelajaran yang mereka
butuhkan dilingkungan
sekolah sebagai bahan untuk membuat peta pikiran menggunakan
program inspiration
sekolah sebagai bahan untuk membuat peta pikiran menggunakan
program inspiration
4. Mengitung waktu pada saat mempelajari
debit air.
Budaya “Gawai untuk
Pendidikan”
Pada dasarnya HP merupakan benda mati. Fungsi
penggunaannya tergantung siapa yang memilikinya. Agar HP dapat digunakan dengan
tepat perlu disosialisasikan dan dibudayakan “Gawai untuk Pendidikan” (Gadget
for Education”). Artinya, HP (maupun laptop) yang digunakan hanya untuk
pemakaian pendidikan, misalnya: berisi buku-buku paket digital, soal-soal
ulangan harian daring, dan aplikasi-aplikasi pembelajaran lainnya.
Konsekuensinya tidak boleh ada game-game maupun konten-konten negatif. Kalaupun
ditemukan maka para siswa sendiri harus menghapusnya. Di sini para guru dengan
penuh perhatian dan kasih sayang secara periodik harus memeriksanya.
HP Siswa Dikumpulkan dan Dimasukkan Almari
Agar HP tidak dipakai untuk mainan, pengalaman
penulis sangat efektif. Para siswa hanya diminta membawa HP ke sekolah saat
dibutuhkan untuk ulangan harian daring dan membuka buku paket digital.
Sebelumnya, harus diadakan kontrak belajar bahwa bila HP tidak digunakan maka
harus dimasukkan almari kelas dan dikunci. Hanya saat dipakai, HP tersebut
dibagikan.
Cara penggunaan ini terbukti efektif dan para siswa
mematuhi kesepakatan bersama tersebut. Orang tua pun sangat mendukung karena HP
yang mereka belikan bermanfaat untuk pembelajaran. Bahkan kesepakatan paguyuban
kelas siap membantu menyiapkan paket internet untuk tujuan tersebut. Dengan
demikian, telah terjadi kerjasama yang baik semua pihak untuk menggunakan HP di
sekolah sebagai sarana pembelajaran efektif dan literasi teknologi informasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar